Sabtu, 04 Februari 2012

Lembaga Dakwah Kampus, Antara Mandiri dan Egois


Lembaga Dakwah Kampus, Antara Mandiri dan Egois

“Afwan Akhy, kami masih mengurusi masalah internal”
“Maaf, kami belum bisa menjalani pendampingan LDK lain, karena kami masih harus persiapan penyiapan penyambutan mahasiswa”
“LDK kami banyak masalah, belum bisa memikirkan kampus lain, kami sedang penguatan internal”
Atau kisah seperti ini,
“Di sebuah kota di Pulau Jawa terdapat sebuah LDK dari kampus yang mapan, mengadakan sekolah mentor untuk persiapan mentoring tahun depan. Kegiatan ini diikuti oleh 120 peserta yang sudah terseleksi dengan baik. Akan tetapi, 500 meter dari kampus tersebut ada sebuah LDK yang dimana pengurus intinya tidak mendapatkan pembinaan (mentoring), karena tidak ada seorang pun yang mau membina disana”

“Di sebuah LDK lain, yang juga terkemuka, dan juga berasal dari kampus sangat besar, LDK ini seringkali mengadakan kegiatan lokal, bahkan nasional dan bahkan agenda-agenda sekaliber internasional. Sudah sangat terkenal LDK ini menjalankan agenda syiar yang sangat menakjubkan. Ta’lim dan kajian jurusan sudah seperti agenda rutin sehingga kader bingung mau kemana karena setiap jurusan mengadakannya. Akan tetapi ternyata di kampus-kampus sekitar (dan berada dalam satu wilayah-sebutlah kabupaten-), LDK nya sulit mengadakan sebuah kajian rutin, bahkan sesekali mengadakan kajian, sudah ibarat kesuksesan yang luar biasa”
“Di sebuah LDK lain di Indonesia, LDK ini terkenal dengan kekuatan LDK yang mengakar, sehingga sudah ada dan kuatnya lembaga dakwah di tingkat fakultas, bahkan jurusan. LDK ini bisa dikatakan sangat banyak dari sisi kuantitas kader, akan tetapi tidak jauh dari LDK tersebut, banyak kampus yang bahkan melegalkan LDK saja sulitnya minta ampun”
Apakah ini realita di Indonesia? Jawabannya Ya! LDK yang sudah mandiri, hanya sibuk mengurusi keadaan di kampusnya, mentoring yang belum jalan, syiar yang belum terasa, hutang masih banyak, militansi kader yang melemah dan masalah klise yang seakan dibuat-buat.
Sahabat-sahabat semua, pertanyaan saya untuk Anda semua, para penghuni LDK mandiri maupun madya, mau sampai kapan Anda menunggu kampus Anda baik?

Menurut saya, sampai akhir kiamat pun kampus Anda tidak akan baik, kenapa? Karena kebutuhan dan kondisi ideal setiap LDK akan meningkat seiring perputaran waktu. Lima tahun yang lalu bisa saja kita mengatakan, keberhasilan LDK adalah ketika LDK ini memiliki sistem kaderisasi terpadu. Nah, tahun ini sistem terpadu itu sudah berjalan, tapi kita belum mengatakan LDK kita sudah baik, kenapa?
Karena parameter keberhasilannya juga meningkat ikhwah!
Saat ini Anda bisa mengatakan bahwa standar keberhasilan LDK adalah ketika setengah mahasiswa muslim mengikuti mentoring, tahun depan Anda mengatakan lain, 5 tahun lagi juga akan lain pula.
Apakah kita harus menunggu LDK kita baik baru kita bisa membantu, melayani dan mem-back up kampus lain? Sampai kapan mereka harus menunggu?
Sahabat LDK yang disayang Allah, perlu kita pahami juga bahwasanya LDK lain juga adalah tetangga kita, adalah saudara kita yang butuh bantuan. Masih banyak LDK yang tidak bisa mengadakan kegiatan mentoring karena tidak ada mentor, masih banyak LDK yang bahkan membuat buletin pun sangat sulit karena berbagai faktor. Masih banyak LDK yang tidak memiliki dana sama sekali untuk memulai dakwah mereka, masih banyak LDK lain yang untuk memilih ketua saja, perlu waktu lama karena tidak ada kader yang tersedia. Masih banyak LDK yang butuh perhatian dan bantuan Anda semua, butuh bantuan kita semua.

Saya berbicara kepada LDK yang “mengaku” besar. Kalau memang Anda semua punya harga diri, buktikan itu dengan pelayanan, dengan membantu percepatan LDK di kampus sekitar. Jangan egois hanya memikirkan apa yang bisa Anda lakukan untuk memperbesar LDK Anda.
Saya berani berkata, untuk semua ketua LDK -yang katanya- sudah mandiri, kalau hanya membuat LDK Anda besar, lebih baik anda turun dari ketua LDK. Bersyukurlah sedikit dengan apa yang sudah Allah berikan ke kampus dan LDK Anda. Buktikan dan balas semua yang telah Allah berikan dengan visi, bagaimana agar kehadiran Anda sebagai pemimpin LDK, LDK Anda bisa memajukan LDK lain, minimal yang berada di propinsi atau seminimalnya yang berada di kota tempat LDK Anda berada.
Sangatlah ironi jika sebuah LDK punya web yang diandalkan untuk media syiar, tetapi sangat banyak LDK yang bahkan membuat milis untuk media komunikasi saja masih kesusahan.
Ironi jika sebuah LDK bisa membuat buku panduan mentoring, sedangkan banyak sekali LDK yang menggunakan konsep mentoring yang hanya copy paste dari internet atau dari buku.
Ironi jika ada sebuah LDK menyemarakkan prosesi pemilihan ketua LDK, sedangkan banyak LDK yang prosesi pemilihan ketua LDK tampak sepi karena kekurangan kader.
Ironi jika ada sebuah LDK memiliki dana ratusan juta di kasnya, bahkan punya aset yang bisa dijadikan uang, akan tetapi LDK lain banyak yang mengutang hanya untuk sekedar mengadakan kajian.
Ironi jika saat ini kita bisa nyaman berdakwah, sedangkan masih banyak LDK yang berdakwah dalam kegelisahan.

Ironi jika kita mengeluh “saya cuma satu-satunyanya kader dakwah di kelas”, sedangkan saudara-saudara kita di Indonesia Timur sana tetap semangat berdakwah dengan berkata, “saya satu-satunya muslim di kelas”
Ironi jika kita mengeluh, sedangkan mereka menanti uluran tangan kita dengan tersenyum dan penuh semangat.
Kalau memang kita satu tujuan
Kalau memang kita satu visi
Kalau memang kita bersaudara
Maka Buktikanlah!
FSLDK didirikan untuk mempercepat perkembangan LDK di Indonesia. FSLDK didirikan bukan untuk memperbesar kampus yang sudah besar. FSLDK didirikan untuk membuat semua LDK maju bersama, baik bersama, kuat bersam dan bersinar bersama
Oleh: Ridwansyah Yusuf Achmad, Kepala Gamais 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar