Ketika putra Abu Thalhah ra. wafat, maka berkata Ummu Sulaim rah.a
kepada keluarganya: “Jangan kalian memberitahu Abu Thalhah tentang
anaknya, hingga aku sendiri yang menceritakannya.”
Datanglah Abu Thalhah pada saat berbuka puasa.
Lalu ia berbuka. Kemudian Ummu Sulaim berdandan dengan sangat cantik,
yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Tertariklah Abu Thalhah dan
terjadilah hubungan suami istri pada malam itu. Ketika istrinya merasa
bahwa Abu Thalhah telah puas, ia berkata, “Wahai Abu Thalhah, apa
pendapatmu jika ada suatu kaum meminjamkan barang kepada kaum yang lain,
ketika kaum tersebut ingin meminta barangnya kembali, adakah yang
dipinjami berhak menghalangi?” Jawab Abu Thalhah ra., ‘Tidak.” Ummu
Sulaim ra. berkata, “Maka mohonlah pahala dari Allah untuk anakmu.”
Maka marahlah Abu Thalhah seraya berkata, “Apakah engkau
membiarkanku, sehingga aku sudah kotor (junub) baru engkau kabarkan
tentang anakku?” Abu Thalhah segera menghadap Nabi saw. memberitahukan
apa yang telah terjadi. Nabi saw. bersabda, “Semoga Allah memberkati
malam kalian berdua.” Maka hamillah Ummu Sulaim. Kemudian ia melahirkan
bayinya. Ketika pagi tiba, bayi itu dibawa oleh Ummu Sulaim kepada Nabi
saw. dan Abu Thalhah menitipinya beberapa buah kurma. Lalu Nabi saw.
mengambil kurma itu dan mengunyahnya, setelah itu kunyahan kurma dari
mulut beliau dimasukkan ke dalam mulut bayi dengan dioleskan ke seluruh
rongganya lantas memberinya nama Abdullah.” (Muttafaqun Alaih)
Fatimah binti Abdul Malik, istri khalifah Umar bin Abdul Aziz. Pada
suatu saat ia masuk ke dalam kamarnya dan mendapati suaminya sedang
duduk di atas tikar shalatnya sambil menangis. Ia bertanya kepada
suaminya, “Mengapa engkau menangis seperti ini?”
Jawabnya, “Oh malangnya wahai Fatimah, aku diberi tugas mengurus umat
seperti ini. Yang senantiasa menjadi pikiranku adalah nasib si miskin
yang kelaparan, orang yang merintih kesakitan, orang yang terasing di
negeri ini, orang tawanan, orang tua renta, janda yang sendirian, orang
yang mempunyai tanggungan keluarga yang besar dengan penghasilan yang
kecil dan orang yang senasib dengan mereka di seluruh pelosok negeri
ini, baik di Timur maupun di Barat, Utara maupun Selatan.
“Aku tahu bahwa Allah akan meminta pertanggung-jawaban dariku pada
hari Kiamat, sedangkan pembela.mereka yang menjadi lawanku kelak adalah
Rasulullah saw.. Aku betul-betul merasa takut tidak dapat mengemukakan
jawaban di hadapannya, itulah sebabnya aku menangis…..”
Pada saat itulah Fatimah menghibur suaminya dengan penuh kasih
sayang, walaupun sang suami banyak menghabiskan waktunya untuk
menunaikan kepentingan agama dan umat dibandingkan untuk mengurus
dirinya sendiri. []
1 komentar:
“Wahai Abu Thalhah, apa pendapatmu jika ada suatu kaum meminjamkan barang kepada kaum yang lain, ketika kaum tersebut ingin meminta barangnya kembali, adakah yang dipinjami berhak menghalangi?” Jawab Abu Thalhah ra., ‘Tidak.” Ummu Sulaim ra. berkata, “Maka mohonlah pahala dari Allah untuk anakmu.”
Posting Komentar