Bismillaahirrahmaanirrahiim, Sahabat dakwatuna, apa sih mar’atush shalihah itu? Mar’atush shalihah adalah wanita shalihah. Kita sebagai perempuan,
betapa indahnya jika tidak hanya menjadi sekadar wanita, bukan? Tetapi
mampu memiliki julukan yang indah yaitu perempuan shalihah. Allah SWT
sudah menciptakan wanita dengan begitu istimewanya, dengan berbagai
anugerah yang hanya Allah berikan kepada kaum wanita.
Contoh kecilnya
saja, wanita diberikan rahim. Dengan rahim tersebut kita sungguh telah
istimewa, namun kita bisa lebih istimewa ketika kita menjadi wanita yang
shalihah. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam dalam satu hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin
Al-‘Ash –radhiallahu’anhuma- bahwa beliau Shallallahu’alaihi Wa Sallam bersabda :
Dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan itu adalah seorang wanita shalihah.
Lalu bagaimana karakteristik wanita shalihah itu? Sebenarnya ada
banyak sekali faktor/aspek yang bisa menjadi indikator seorang wanita
disebut shalihah, berikut ada beberapa ciri-ciri inti yang bisa kita
lakukan dengan kesungguhan hati untuk meraih Ridha Ilahi dengan jalan
menjadi wanita shalihah, di antaranya:
1. Muslimah (yang berserah/berpasrah diri kepada Allah SWT)
“Kemudian jika mereka membantah engkau (Muhammad) katakanlah, “Aku
berserah diri kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang
mengikutiku.” Dan katakanlah kepada orang-orang yang diberi Kitab dan
kepada orang-orang yang buta huruf, “Sudahkah kamu masuk Islam?” jika
mereka masuk Islam, berarti mereka telah mendapat petunjuk, tetapi jika
mereka berpaling, maka kewajibanmu hanyalah menyampaikan. Dan Allah Maha
Melihat hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Ali Imran: 20).
Ciri pertama sebagai dasar kita untuk menjadi wanita shalihah yaitu
muslimah, yang dapat diartikan berserah diri kepada Allah SWT.
Sesungguhnya kita sebenarnya sudah mengantongi ciri pertama ini, mengapa
demikian? Karena ketika kita shalat dan membaca doa iftitah, di sini
jelas ikrar kita kepada Allah yaitu sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah karena Allah, Tuhan semesta alam.
Namun, itu semua tidak cukup dengan ucapan. Yang perlu kita lakukan
adalah dalam prakteknya, selalu berserah diri kepada-Nya, semua
urusan-urusan hidup dan mati kita hendaknya kita serahkan semua pada
Allah. Dialah yang Maha Mengatur, semua teks skenario sudah Allah
berikan untuk kita, kita hanya memainkan peran dengan berupaya
sebaik-baiknya. Bukankah semua yang terjadi pada diri kita, telah Allah
tulis jauh-jauh hari sebelum kita berada di dunia ini?
2. Mukminah (orang yang beriman)
“Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman sebagaimana
dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia membedakan yang buruk dari
yang baik. Allah tidak akan memperlihatkan kepadamu hal-hal yang ghaib,
tetapi akan memilih siapa yang Dia kehendaki di antara rasul-rasul-Nya.
Karena itu, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Jika kamu
beriman dan bertakwa, maka kamu akan mendapat pahala yang besar.” (Q.S.
Ali Imran: 179).
Wanita yang percaya dan berusaha benar-benar mengimani rukun iman, insya Allah ia akan menjadi perhiasan yang terindah itu.
3. Qonitat (taat)
“Itulah batas-batas (hukum) Allah. Barangsiapa taat kepada Allah
dan rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surge-surga yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah
kemenangan yang agung.” (Q.S. An-Nisa: 13).
Bagi wanita yang belum bersuami, tentunya selain taat kepada Allah
dan rasul-Nya, ia juga harus taat kepada kedua orang tuanya, karena
ridha mereka adalah ridha Allah. Banyak hal yang bisa dilakukan kita
sebagai perempuan untuk taat kepada orang tua, di antaranya senantiasa
patuh terhadap mereka, selama itu tidak bertentangan dengan ajaran-Nya.
Birrul walidain, adalah hal wajib yang hendaknya kita lakukan, banyak
cara untuk taat selama mereka masih hidup, raih ridha Allah dengan
banyak berbuat baik kepada orangtua.
Nah, kalau wanita yang sudah menikah, tentunya ridha Allah sudah
bukan lagi tergantung ridha orangtua, melainkan tergantung pada ridha
suami. Maka dari itu, taatnya wanita yang sudah menikah adalah taat
kepada suaminya. Banyak bentuk taat kepada suami, beberapa di antaranya
yaitu patuh terhadap apa yang diperintahkan selama masih sesuai dengan
agama-Nya, pandai memelihara kehormatan dirinya, dan pandai menjaga
harta suaminya. Terlebih jika ia menyejukkan hati jika dipandang
suaminya. Sungguh Allah memberikan banyak sekali jalan untuk kita meraih
surga-Nya.
4. Sabar
“Sungguh pada hari ini Aku memberi balasan kepada mereka, karena
kesabaran mereka; sungguh mereka itulah orang-orang yang memperoleh
kemenangan.” (Q.S. Al-Mu’minun: 111)
Sabar menurut bahasa adalah melarang dan menahan, namun menurut
syar’i adalah menahan diri dari keluh kesah, Menahan lidah untuk tidak
mengeluh, dan mengekang tubuh untuk tidak berbuat zhalim. Sabar juga
merupakan kekuatan hati atau jiwa yang dapat memperbaiki kualitas diri
dan perilaku pemiliknya. Untuk menjadi wanita shalihah, berkeluh kesah
kepada Allah adalah hal yang dianjurkan, karena hanya kepada Dia tempat
mengadukan segala urusan, baik itu berupa kesenangan, maupun keluhan.
Dialah pemilik hati, Dia yang mampu memberikan kekuatan serta kesabaran
saat kita sedang dilanda cobaan. Sabar terbagi dalam tiga bagian, yakni
sabar dalam melaksanakan perintah Allah, hingga ditunaikannya dengan
sempurna, sabar dalam menjauhi larangan Allah hingga tidak melakukannya,
serta sabar dalam menghadapi kesusahan hingga tidak berkeluh kesah.
Sabar itu tidak hanya ketika kita mendapat masalah atau cobaan, namun
ketika kita berdakwah pun butuh sekali yang namanya kesabaran, karena
Rasulullah dan para sahabat terdahulu sangat sabar dalam syiar agama
Islam, dan jika sabar itu tidak ada dalam diri para pendakwah, maka
dakwah tidak akan mampu tersebar luas, dan Islam akan sulit berjaya.
5. Khosyi’ah (khusyu’ atau tunduk)
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.
Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,
(yaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan mereka akan kembali kepada-Nya.” (Q.S. Al-Baqarah: 45-46).
Menjadi mar’atush shalihah, hendaknya khusyu’ dalam tiap ibadah yang
dikerjakan, sungguh-sungguh serta tunduk. Berkeyakinan bahwa Allah SWT
selalu mengawasi dalam tiap ibadah kita, terutama ketika sedang shalat.
Apabila hati telah khusyu’ maka anggota badan akan mengikuti kekhusyu’an
itu. Khusyu’ bisa juga diartikan fokus, benar-benar merasakan kehadiran
Allah SWT, sehingga akan timbul ketenangan dan ketenteraman pada hati.
6. Mutashoddiqoh (orang yang menginfakkan harta di jalan Allah)
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah
seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap tangkai
ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki,
dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 261).
Ini salah satu perbedaan antara wanita biasa, dengan wanita shalihah J mengapa?
Karena biasanya seorang wanita cenderung senang membelanjakan
hartanya, baik itu untuk kebutuhannya sehari-hari maupun untuk memuaskan
hasrat belanjanya. Terlebih jika wanita yang sudah berumah tangga,
harta yang didapat dari suaminya sudah semestinya dia pergunakan dengan
sebaik-baiknya. Untuk kebutuhan rumah, kebutuhan pribadi, dll. Semua itu
tidak salah, asalkan tetap dalam tahap wajar dan tidak termasuk dalam
pemborosan. Namun, ada satu hal istimewa dari seorang wanita yang
shalihah, yaitu ia senantiasa membelanjakan hartanya untuk agama Allah,
seperti untuk kepentingan dakwah di jalan Allah.
Berinfak di waktu lapang maupun sempit, merupakan keunggulan dari
wanita shalihah, meskipun ia sedang dalam kesulitan, tetapi ia tak ragu
untuk memberikan hartanya kepada yang membutuhkan. Anjuran untuk
berinfak di waktu lapang, yaitu salah satunya untuk menghilangkan dari
perasaan cinta terhadap harta. Sedangkan berinfak di waktu sempit,
adalah untuk menumbuhkan sikap suka memberi daripada diberi. Sebenarnya
sesulit apapun kondisi manusia, ia tetap dapat memberikan sesuatu di
jalan Allah, tidak hanya dengan harta, melainkan dengan jiwa, raga,
tenaga, pikiran serta hati yang dapat digunakan untuk agama Allah.
7. Berpuasa
“Aku pernah mendatangi Rasulullah seraya berkata: Perintahkanlah
kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan aku ke Surga. Beliau
menjawab: Hendaknya kamu berpuasa, karena puasa itu merupakan amalan
yang tiada tandingannya. Kemudian aku mendatangi beliau untuk kedua
kalinya dan beliau pun berkata dengan nasihat yang sama.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Hakim).
Hendaknya wanita muslimah mengetahui bahwa puasa itu mengajarkan
kesabaran serta menambah keimanan. Juga mengajarkan pengendalian diri
dan tingkah laku yang baik.
Selain puasa Ramadhan, wanita muslimah juga dianjurkan untuk berpuasa
sunnah, seperti puasa senin kamis, di hari Arafah, hari Asyura’, enam
hari di bulan Syawal, puasa di bulan Sya’ban, pada bulan Muharram, dll.
Wanita yang rajin berpuasa, insya Allah akan mendapat keistimewaan yaitu
masuk Surga melalui pintu yang bernama Ar-Rayyan.
Untuk wanita yang telah menikah, sebaiknya terlebih dahulu meminta
izin kepada suami ketika ingin berpuasa sunnah. Hal ini sebagaimana
disabdakan oleh Rasulullah SAW:
“Janganlah seorang wanita berpuasa pada suatu hari, ketika sang
suami berada di sisinya, melainkan dengan izinnya. Kecuali pada bulan
Ramadhan.” (Muttafaq Alaih).
8. Menjaga kesucian diri
“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka
menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang biasa terlihat. Dan
hendaknya mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya . . .” (Q.S. An-Nuur: 31).
Wanita yang ingin menjadi wanita shalihah, hendaknya ia senantiasa
memelihara kesucian dirinya, menjaga kemaluannya, dan menutup aurat
sesuai syariat. Jadikan diri wanita shalihah adalah sebagai perhiasan
yang terindah. Ia sangat berharga, senantiasa belajar dan berusaha untuk
menjaga dirinya agar tidak ternoda oleh hal-hal yang diharamkan.
Mengapa Allah begitu tekankan masalah aurat wanita? Karena aurat
wanita adalah hal yang sering dianggap sepele oleh kita para wanita.
Padahal justru menutup aurat itu adalah wajib hukumnya.
9. Gemar berdzikir
“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (Q.S. Al-Ahzab: 41-42).
Mengingat Allah membuat hati menjadi tenang, mengapa? Sebab dengan
kita banyak mengingat Allah di setiap waktu, maka setiap langkah, ucapan
dan perbuatan akan senantiasa berpedoman dengan ajaran Allah, dan
sungguh dosa yang kita perbuat menjadikan hati senantiasa gelisah. Maka
dengan mengingat Allah, kita akan bersabar untuk tidak melakukan
maksiat, sehingga hati akan selalu tenang dan damai.
Salah satu cara ampuh untuk selalu mengingat-Nya yaitu dengan
mengingat kematian. Dengan cara ini, seseorang akan setiap waktu ingat
dengan Allah, ingat dengan akhirat, ingat bahwa kapan saja Allah akan
memanggil kita. Sehingga kita ingin banyak berbuat kebaikan, serta
berusaha menjauhkan diri dari hal-hal yang diharamkan.
Ingat Allah ketika lapang maupun sempit, ketika sedang gembira maupun
sedih, ketika sedang dalam kemudahan maupun kesulitan. Ingatlah Allah,
maka Allah akan mengingat kita.
Itulah beberapa ciri-ciri mar’atush shalihah yang bisa kita lakukan
agar kita bisa menjadi wanita yang shalihah. Sungguh wanita shalihah itu
bagaikan perhiasan yang terindah, dan perhiasan itu tidak akan
dihasilkan dengan mudah, tidak akan didapat di sembarang tempat. Ia
sudah ditempa, dibentuk sedemikian rupa agar bisa menjadi perhiasan yang
benar-benar indah.
Menjadi wanita shalihah tidaklah mudah, namun juga tidaklah sulit,
dengan kita bersungguh-sungguh berupaya meraihnya, maka dengan itu kita
sudah istimewa.
Semoga saya, sahabat dakwatuna, dan wanita di manapun yang saat ini
sedang berusaha belajar untuk menjadi wanita yang shalihah, yang mau
memperbaiki dirinya menjadi wanita shalihah di akhir zaman, senantiasa
diluruskan niatnya oleh Allah SWT, diampuni dosa-dosanya, dan mendapat
ridha-Nya. Aamiin Ya Rabb.
Wallahu a’lam bisshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar