Rabu, 24 Juli 2013

Antara Dakwah dan Prestasi Akademik

Dakwah - Membicarakan dakwah, seakan menjadi sesuatu yang tak pernah ada habisnya. Mulai dari modelnya, cara pendekatan, relasi antara murabbi dan mutarabbi, dan seterusnya.

Sebagian orang mungkin akan menganggap bahwa dakwah adalah urusan para ustadz atau ulama."Udahh itu bukan urusan gue..", begitu kira-kira celotehan sebagian orang.
Nyatanya dakwah adalah tugas bagi siapapun juga yang mengaku dirinya sebagai seorang muslim,dia menyeru pada kebaikan dan ketaatan pada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Menjadi dai, tak harus ia seorang lulusan pesantren atau alumnus keilmuan syar'i. Seorang da'i bisa saja mahasiswa teknik, farmasi, sastra, atau apalah.. Menjadi da'i menembus batas profesi, umur, ruang dan waktu. Menjadi dai adalah menjadi penyeru bukan penyaru, menjadi pendidik bukan penghardik.


Ketika kita semua memahami bahwa menjadi seorang da'i adalah menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Maka, pertanyaan selanjutnya adalah siapkah kita berkorban? Pertanyaan simple tapi sulit untuk dijawab. Dijawab disini bukan hanya bermanis di lisan miskin realitas, tapi yang dimaksud adalah aksi nyata dalam keikhlasan.


Kemudian, tantangan selanjutnya bagi kita sebagai seorang da'i dan sekaligus seorang mahasiswa adalah kesibukan akademik kampus. Entah.. kuliah, pre tes, post tes, laporan praktikum, dan sebagainya. Bahkan dalam keadaan bete (butuh tausiah) mungkin terbesit dalam hati "ahh,ngapain sih ngisi mentoring, tugas aja lom selesai" Begitulah kira-kira... semuanya membuat konsentrasi kita harus terpecah dan membagi waktu seefektif mungkin. Melakukan hal-hal seefisien mungkin dan dalam waktu yang terbatas, begitulah kiranya sang mujaddid mengatakan "alwaajibaat aktsaru minal awqoot". Dan terkadang karena saking sibuknya dakwah, prestasi akademik jadi terabaikan.


Saya teringat tausiah seorang ustadz, beliau mengatakan "jangan sampai dakwah kamu mengganggu akademikmu di kampus, prestasimu adalah dakwahmu. Namun,bukan berarti kamu meninggalkan dakwahmu untuk fokus akademikmu hingga semua terabaikan....kamu tahu proporsionalnya". Hmhmn.. benar juga pernyataan sang ustadz ini, dengan prestasi justru kita bisa berdakwah dalam cakupan yang lebih luas dan lebih mantap.


Jika kita mencoba untuk menelusuri biografi seorang yang sukses dalam dakwahnya hari ini, adalah mereka yang dulu juga ketika seumuran kita adalah mahasiswa berprestasi. Sebut saja, Abdul futuh..seorang mantan anggota sebuah gerakan pembaharu Islam ini adalah seorang mahasiswa kedokteran di masa seperti kita ini. Ada lagi, Muhammad Mursi.. siapa yang tak kenal orang yang satu ini. Beliau adalah presiden Mesir yang baru terpilih tahun ini, ia berasal dari sebuah gerakan pembaharu Islam, Al-Ikhwan Al-Muslimun. Muhammad mursi adalah seorang doktor metalurgi dari south california university-USA, bahkan beliau sempat menjadi dosen disana selama 5 tahun.


Masih kurang?? Kita akan flashback pada masa keemasan Islam ratusan tahun silam. Di sana ada Ibnu Sina, seorang bapak kedokteran muslim yang telah menulis banyak buku di bidang kedokteran bahkan bidang tafsir dan hadits. Karya fonumentalnya 'al Qonuun fii at Tibb (pokok-pokok dalam kedokteran)' telah menjadu rujukan dan referensi utama buku-buku mahasiswa kedokteran di Eropa hingga abad ke 19..luarr biasa!!


Kalau kemudian mereka saja bisa menggabungkan dakwah mereka dengan akademik mereka, dengan prestasi mereka.. maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk mengelak dan mencari alasan untuk tidak terus berprestasi, berprestasi dalam dakwah dan akademik.

Bagi siapa saja yang mengimani Allah dan Rasul-Nya,maka tentu ayat "wattaqullah wa yu'allimukumullah" cukuplah menjadi sandarannya untuk terus istiqomah menjalani jalan juang ini tanpa ada yang harus terabaikan. 


Terus bersabar dan terus meyakini bahwa memang ini adalah tugas berat nan mulia, tugas yang penuh tantangan. Insya Allah, Allah selalu bersama kita...amiin
Kiranya moto Gubernur Jabar ini bisa menjadi penyemangat kita, 

"SABISA-BISA, KUDU BISA, INSYA ALLAH PASTI BISA"
 -----------------------------------------------
Penulis : Rian Nurul Hidayat
Mahasiswa S1 Farmasi Universitas Pancasila
Anggota Rohis Al-Azzam Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

1 komentar:

ito al-fath mengatakan...

Ketika kita semua memahami bahwa menjadi seorang da'i adalah menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Maka, pertanyaan selanjutnya adalah siapkah kita berkorban? Pertanyaan simple tapi sulit untuk dijawab

Posting Komentar