Dakwah - Membicarakan dakwah, seakan menjadi sesuatu yang tak pernah ada
habisnya. Mulai dari modelnya, cara pendekatan, relasi antara murabbi
dan mutarabbi, dan seterusnya.
Sebagian orang mungkin akan menganggap bahwa dakwah adalah urusan para
ustadz atau ulama."Udahh itu bukan urusan gue..", begitu kira-kira
celotehan sebagian orang.
Nyatanya dakwah adalah tugas bagi siapapun juga yang mengaku dirinya
sebagai seorang muslim,dia menyeru pada kebaikan dan ketaatan pada Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Menjadi dai, tak harus ia seorang lulusan
pesantren atau alumnus keilmuan syar'i. Seorang da'i bisa saja mahasiswa
teknik, farmasi, sastra, atau apalah.. Menjadi da'i menembus batas
profesi, umur, ruang dan waktu. Menjadi dai adalah menjadi penyeru bukan
penyaru, menjadi pendidik bukan penghardik.
Ketika kita semua memahami bahwa menjadi seorang da'i adalah menjadi
kewajiban bagi setiap muslim. Maka, pertanyaan selanjutnya adalah
siapkah kita berkorban? Pertanyaan simple tapi sulit untuk dijawab.
Dijawab disini bukan hanya bermanis di lisan miskin realitas, tapi yang
dimaksud adalah aksi nyata dalam keikhlasan.
Kemudian, tantangan selanjutnya bagi kita sebagai seorang da'i dan
sekaligus seorang mahasiswa adalah kesibukan akademik kampus. Entah..
kuliah, pre tes, post tes, laporan praktikum, dan sebagainya. Bahkan
dalam keadaan bete (butuh tausiah) mungkin terbesit dalam hati
"ahh,ngapain sih ngisi mentoring, tugas aja lom selesai" Begitulah
kira-kira... semuanya membuat konsentrasi kita harus terpecah dan
membagi waktu seefektif mungkin. Melakukan hal-hal seefisien mungkin dan
dalam waktu yang terbatas, begitulah kiranya sang mujaddid mengatakan
"alwaajibaat aktsaru minal awqoot". Dan terkadang karena saking sibuknya
dakwah, prestasi akademik jadi terabaikan.
Saya teringat tausiah seorang ustadz, beliau mengatakan "jangan sampai
dakwah kamu mengganggu akademikmu di kampus, prestasimu adalah dakwahmu.
Namun,bukan berarti kamu meninggalkan dakwahmu untuk fokus akademikmu
hingga semua terabaikan....kamu tahu proporsionalnya". Hmhmn.. benar
juga pernyataan sang ustadz ini, dengan prestasi justru kita bisa
berdakwah dalam cakupan yang lebih luas dan lebih mantap.
Jika kita mencoba untuk menelusuri biografi seorang yang sukses dalam
dakwahnya hari ini, adalah mereka yang dulu juga ketika seumuran kita
adalah mahasiswa berprestasi. Sebut saja, Abdul futuh..seorang mantan
anggota sebuah gerakan pembaharu Islam ini adalah seorang mahasiswa
kedokteran di masa seperti kita ini. Ada lagi, Muhammad Mursi.. siapa
yang tak kenal orang yang satu ini. Beliau adalah presiden Mesir yang
baru terpilih tahun ini, ia berasal dari sebuah gerakan pembaharu Islam,
Al-Ikhwan Al-Muslimun. Muhammad mursi adalah seorang doktor metalurgi
dari south california university-USA, bahkan beliau sempat menjadi dosen
disana selama 5 tahun.
Masih kurang?? Kita akan flashback pada masa keemasan Islam ratusan
tahun silam. Di sana ada Ibnu Sina, seorang bapak kedokteran muslim yang
telah menulis banyak buku di bidang kedokteran bahkan bidang tafsir dan
hadits. Karya fonumentalnya 'al Qonuun fii at Tibb (pokok-pokok dalam
kedokteran)' telah menjadu rujukan dan referensi utama buku-buku
mahasiswa kedokteran di Eropa hingga abad ke 19..luarr biasa!!
Kalau kemudian mereka saja bisa menggabungkan dakwah mereka dengan
akademik mereka, dengan prestasi mereka.. maka tidak ada alasan lagi
bagi kita untuk mengelak dan mencari alasan untuk tidak terus
berprestasi, berprestasi dalam dakwah dan akademik.
Bagi siapa saja yang mengimani Allah dan Rasul-Nya,maka tentu ayat
"wattaqullah wa yu'allimukumullah" cukuplah menjadi sandarannya untuk
terus istiqomah menjalani jalan juang ini tanpa ada yang harus
terabaikan.
Terus bersabar dan terus meyakini bahwa memang ini adalah
tugas berat nan mulia, tugas yang penuh tantangan. Insya Allah, Allah
selalu bersama kita...amiin
Kiranya moto Gubernur Jabar ini bisa menjadi penyemangat kita,
"SABISA-BISA, KUDU BISA, INSYA ALLAH PASTI BISA"
-----------------------------------------------
Penulis : Rian Nurul Hidayat
Mahasiswa S1 Farmasi Universitas Pancasila
Anggota Rohis Al-Azzam Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
1 komentar:
Ketika kita semua memahami bahwa menjadi seorang da'i adalah menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Maka, pertanyaan selanjutnya adalah siapkah kita berkorban? Pertanyaan simple tapi sulit untuk dijawab
Posting Komentar