Urusan
hati memang tidak sederhana. Tapi sesuatu yang tidak sederhana ini
jangan diperumit dengan hal-hal yang tak seharusnya ada. Jodoh adalah
rahasia-Nya yang hanya bisa diikhtiari tanpa berusaha mendikte ataupun
memaksakan kehendak. Allah tak akan pernah salah menjodohkan hamba-Nya.
Maka berprasangka baiklah pada-Nya ketika taaruf tak bisa berjalan
sesuai rencana. Tak perlu su’udzhon pada mantan taaruf, tak perlu pula
memutuskan ukhuwah yang pernah terjalin meskipun saat ini telah berbeda
jalinan cerita.
Dunia akan lebih indah apabila hati ini
dipenuhi husnuzhon, baik terhadap takdir Allah ataupun terhadap si
‘mantan’. Dunia pun akan lebih cerah dan berwarna bila sikap diri tak
dipenuhi sinis dan antipati hanya karena si dambaan hati tak menjadi
milik diri. Memang bukan hal yang mudah, tapi juga bukan suatu yang
mustahil untuk dilakukan. Jadi...bersihkan hati dan ikhlaskan diri ini
menerima takdir Sang Pencipta.
Banyak kisah ta'aruf ( proses saling mengenal antara laki-laki dan
perempuan dalam upaya menuju pernikahan tanpa pacaran ) yang kandas di
tengah jalan. Banyak pula penyebab dan alasannya. Bisa jadi karena orang
tua tidak setuju, perbedaan prinsip, perbedaan karakter, tidak ada
kecocokan satu sama lain, dan berjuta penyebab lain. Apapun alasannya,
satu hal yang pasti terjadi di antara mereka, bukan jodoh.
Bila
alasan satu ini dipahami dengan benar, insya Allah tak akan ada sakit
hati yang menyertai ketika akhirnya semua prose situ harus berakhir
ataupun diakhiri. Masing-masing pihak akan berbesar hati dan tidak
saling membenci. Bahkan sebaliknya, ukhuwah bisa terjalin di
sana dengan saling menutup aib masing-masing dan menumbuhkan rasa
persaudaraan menggantikan rasa ‘harap’ sebelumnya yang sempat ada. Tapi
ternyata, kenyataan di lapangan tak seindah teori untuk memaafkan
ataupun melupakan seseorang yang pernah melakukan taaruf tersebut.
Ada yang memutuskan hubungan sama sekali ketika ta'aruf tak bisa
berlanjut. Bahkan jangankan saling sapa, menyebut nama saja sudah
enggan. Seluruh hal tentang dirinya baik nomer HP, sms-sms, email dan
biodata semua dibuang ke tong sampah. Bila pun ada yang orang yang
menyebut nama si mantan taaruf ini, hatinya langsung bergemuruh dipenuhi
rasa yang menyakitkan hati. Dalam skala lebih jauh, orang dengan tipe
ini bukan tak mungkin melakukan pembunuhan karakter pada si mantan
taaruf. Misalnya saja ia akan menyebarkan hal-hal buruk tentang si
‘mantan’ agar tak ada yang mau mendekat.
Ada juga orang yang
masih melakukan kontak seperlunya dengan si mantan taaruf meskipun sudah
tak terjalin apa-apa lagi di antara mereka. Hubungan mereka sebatas
teman seperti sebelumnya. Sekilas, seolah semua berjalan baik-baik saja.
Tapi sikap salah satunya berubah ketika si mantan taaruf ternyata
mendapat pasangan lebih cepat dari dirinya. Rencana pernikahan si
‘mantan’ membuatnya bak cacing kepanasan karena merasa didahului.
Sikapnya pun berubah sinis dan ketus.
Uniknya, ada juga yang
kebalikan dari fenomena di atas. Ketika dirinya sudah bertaaruf lagi
dengan yang lain dan berencana mau menikah duluan, hatinya masih
dipenuhi rasa tidak terima taaruf sebelumnya harus putus di tengah
jalan. Walhasil, ia yang seharusnya bahagia menjelang hari
pernikahannya, hatinya malah dipenuhi buruk sangka bahwa si ‘mantan’
taaruf akan merusak suasana. Yang terjadi kemudian adalah ketika ia
menikah duluan dan si ‘mantan’ mengucapkan selamat dan doa penuh
ketulusan, dijawabnya dengan ketus dan penuh kecurigaan.
Mendingan ingat Allah ajah deh, serahkan semua persoalan ama Allah dan mintakan jawabannya ma Allah. Berfikir Positif bahwa jodoh itu hak prerogatif Allah, Allah yang nentuin dan manusia yang ngejalanin. So, jadilah hamba yang ikhlas menerima keputusan Allah. Semoga kita diperudah dalam ta'aruf dalam menjemput jodoh kita masing-masing. Aamiin..
Ada yang memutuskan hubungan sama sekali ketika ta'aruf tak bisa berlanjut. Bahkan jangankan saling sapa, menyebut nama saja sudah enggan. Seluruh hal tentang dirinya baik nomer HP, sms-sms, email dan biodata semua dibuang ke tong sampah. Bila pun ada yang orang yang menyebut nama si mantan taaruf ini, hatinya langsung bergemuruh dipenuhi rasa yang menyakitkan hati. Dalam skala lebih jauh, orang dengan tipe ini bukan tak mungkin melakukan pembunuhan karakter pada si mantan taaruf. Misalnya saja ia akan menyebarkan hal-hal buruk tentang si ‘mantan’ agar tak ada yang mau mendekat.
Ada juga orang yang masih melakukan kontak seperlunya dengan si mantan taaruf meskipun sudah tak terjalin apa-apa lagi di antara mereka. Hubungan mereka sebatas teman seperti sebelumnya. Sekilas, seolah semua berjalan baik-baik saja. Tapi sikap salah satunya berubah ketika si mantan taaruf ternyata mendapat pasangan lebih cepat dari dirinya. Rencana pernikahan si ‘mantan’ membuatnya bak cacing kepanasan karena merasa didahului. Sikapnya pun berubah sinis dan ketus.
Uniknya, ada juga yang kebalikan dari fenomena di atas. Ketika dirinya sudah bertaaruf lagi dengan yang lain dan berencana mau menikah duluan, hatinya masih dipenuhi rasa tidak terima taaruf sebelumnya harus putus di tengah jalan. Walhasil, ia yang seharusnya bahagia menjelang hari pernikahannya, hatinya malah dipenuhi buruk sangka bahwa si ‘mantan’ taaruf akan merusak suasana. Yang terjadi kemudian adalah ketika ia menikah duluan dan si ‘mantan’ mengucapkan selamat dan doa penuh ketulusan, dijawabnya dengan ketus dan penuh kecurigaan.
1 komentar:
Dunia akan lebih indah apabila hati ini dipenuhi husnuzhon, baik terhadap takdir Allah ataupun terhadap si ‘mantan’. Dunia pun akan lebih cerah dan berwarna bila sikap diri tak dipenuhi sinis dan antipati hanya karena si dambaan hati tak menjadi milik diri.
Posting Komentar