dakwatuna.com - Sejarah menjadi sumber inspirasi
dalam gerak para penggerak. Sejarah menjadi aplikasi operasional dalam
menggalang semangat, eksistensi dan azimah (kemauan) yang diharapkan
konsisten. Sejarah bukan menjadi hal yang usang ditelan zaman karena
sejarah agama ini sungguh nikmat dipelajari apalagi tokoh-tokoh di
dalamnya, yang kian hari dipelajari kian merinding lalu menahan haru
akan eksistensi iman yang kokoh dan menginspirasi.
Yang penulis
maksud “sejarah” adalah sejarah Islam yang menghasilkan tokoh-tokoh
besar yang wafat atau bahkan syahid dengan kebesarannya, kemuliaan serta
janji pasti dari ALLAH SWT untuknya. Kala itu Abdullah bin Mas’ud tak
kuasa menahan tangis ketika rombongannya berhenti di tengah sahara,
melihat janji pasti yang Rasul ALLAH sabdakan baginya, ya bagi seorang
Abu Dzar. Abdullah bin Mas’ud berkata,
“Sungguh benar Rasulullah yang pernah bersabda, ‘Kamu berjalan sendirian, mati sendirian, dan dibangkitkan sendirian.’”
Jalan-jalan
sejarah mereka bukan sejarah biasa tanpa makna namun mereka mendapat
janji pasti akan kemuliaan di kehidupan berikutnya. Pembaca, apa kiranya
yang membuat mereka sungguh kuat dalam azimah (kemauan)? Apa kiranya
yang membuat mereka bak singa di medan laga? Apa kiranya yang membuat
mereka terenyuh dan tak sulit menangis di kala malam? Penulis melihat
beberapa keunggulan yang perlu kita teladani, dalam gerak mereka
memiliki kesamaan yang sulit ditandingi. Setelah 2 kisah ini semoga
pembaca dapat mengambil kesimpulannya.
Siapa yang tak kenal Abu
Bakar, salah satu dari 2 orang di dalam gua? Sebagai sahabat yang
mula-mula masuk Islam, kebesarannya sangat historis, dari menjadi
khalifatur Rasul pasca wafatnya Rasul ALLAH hingga strategi-strategi
tegasnya dalam menumpas kaum murtad sekelas Musailamah di Yamamah dan
Aswad bin Al Ansi di Yaman. Hatinya mudah menangis kala berinteraksi
dengan kalam ALLAH, namun ketika berbicara tentang tauhid, tak ada yang
lebih keras darinya. Di masa-masa awal Islam masih dalam tekanan, tak
sulit menemukan budak yang telah menyatakan Islam disiksa di muka umum
di jalanan Mekah. Dalam sejarah kita melihat bagaimana bilal disiksa
oleh Umayyah bin Khalaf begitu pula Amir bin Fuhairah yang juga disiksa
oleh majikannya. Keduanya pada akhir perjalanan dibebaskan oleh Abu
bakar RA. Pada kesempatan lain Abu bakar RA. melewati seorang budak
wanita lalu membeli dan memerdekakannya. Abu Quhafah (ayah Abu bakar)
berkata,
“Wahai anakku, saya lihat kamu memerdekakan
budak-budak yang lemah, mengapa kamu tidak memerdekakan budak-budak
lelaki yang kuat sehingga mereka bisa membela dan mendukung kamu?”
Abu bakar menjawab,
“Wahai bapakku, tiada yang aku inginkan selain keridhaan ALLAH.”
Kini
kita beranjak pada kisah kedua, kala itu Umar bin Khathab menyampaikan
pidato pasca pembaiatannya sebagai amirul mukminin, mari kita simak
pidatonya,
“Bertaqwalah kepada ALLAH, bantulah saya mengenai
tugas Saudara-saudara, dan bantulah saya dalam tugas saya menjalankan
amar ma’ruf nahi munkar, dan bekalilah saya dengan nasihat-nasihat
saudara-saudara sehubungan dengan tugas yang dipercayakan ALLAH kepada
saya demi kepentingan saudara-saudara sekalian. Demikianlah apa yang
sudah saya sampaikan, semoga ALLAH mengampuni kita semua.”
Pembaca
yang baik, apalagi yang dibutuhkan kalau pemimpin kedaulatan yang kian
hari kian maju kala itu hanya bertumpu pada satu Dzat yang maha besar?
Kedua sahabat besar ini mempertunjukkan hasil dakwah yang mengagumkan,
keduanya hanya bertumpu pada satu hal, Ridha ALLAH dalam langkahnya.
Ketika ridha ALLAH yang dicari, memimpin menjadi tugas terbesar dan
penting serta langkah-langkah yang mulia itu tidak akan jauh dari
pengawasan sang khalik yang tidak pernah tidur barang sedetik pun.
Karenanya, bagi kita yang menjalani hidup ada baiknya sirah menjadi
aplikasi operasional seperti yang diungkap oleh seorang syaikh, lalu
ketika sirah menjadi salah satu motivasi dalam kebaikan akan berujung
pada inspirasi dan prestasi dalam menyebar kebaikan. Kadang kebaikan
bukanlah berpikir terlalu besar hingga tersendat untuk melakukannya,
karena memindahkan duri dari jalanan pun adalah buah dari sikap dakwah
secara aplikatif.
Mari merenung akan peringatan yang sering disampaikan Rasul pada sahabatnya,
“Jabatan
adalah amanah. Dan di hari kiamat kelak akan menyebabkan kehinaan dan
penyesalan, kecuali orang yang mengembannya dengan benar, dan menunaikan
kewajibannya.”
Motivasi (ridha ALLAH) berujung prestasi (kemuliaan dunia dan akhirat).
Wallahua’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar