Shalawat serta salam
senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu
'alaihi wassalam.Allahumma Shalli wa Salim Ala Sayyidina Muhammadin wa
Ala aali Sayyidina Muhammadin fi Kulli Lam Hatin wa na Fasinn bi'adadi
Kulli Ma'lu Mil Lak.
`*•Yaa Rabbi•* Ajarilah kami bagaimana memberi
sebelum meminta,berfikir sebelum bertindak,santun dalam
berbicara,tenang ketika gundah,diam ketika emosi melanda,bersabar dalam
setiap ujian.Jadikanlah kami orang yg selembut Abu Bakar
Ash-Shiddiq,sebijaksana Umar bin Khattab,sedermawan Utsman bin
Affan,sepintar Ali bin Abi Thalib,sesederhana Bilal,setegar Khalid bin
Walid radliallahu'anhumáĤAmiin ya Rabbal'alamin.
Ini adalah kisah nyata,yang terukir dalam masa Penantian diri.Kenangan yg pernah terjadi pada Admin Sebelum Engkau halal bagiku Kisah ini dimulai ketika tanggal pertengehan Juni 2011 seorang ikhwan yang berazam,"Ukhti, boleh ga ketika dah lulus nanti aku menjemputmu untuk menjadi ustadzah di rumahku nanti" ucapnya kepada seorang akhwat. Ikhwan tersebut sebut saja akhi...ia menyukai seorang akhwat yang satu kampus dengannya. Ketertarikannya karena kelembutan sikap dan kesolehannya. Perasaanya pun tumbuh entah dari kapan, namun ia ingin selalu menjaga dirinya dari apa yang tidak Allah Ridhoi dan Tidak Allah sukai, entah sesungguhnya perasaan akhwat itu memahami atau tidak. Perasaan itupun tumbuh di dasar hatinya yang semakin subur, semakin lama semakin subur. Akhi menyadari bahwa cintanya masih belum pada waktunya.
Ia menyadari bahwa dirinya hanyalah seorang
mahasiwa yang belum punya apa2 untuk bisa dipertanggungjawabkan ataupun
untuk menjemputnya. Setelah sekian lama Akhi pun berfikir."Ya
Robb..Baikkah diriku untuknya?" lamunnya sambil mencoba memandangi diri
dihadapan sebuah cermin. Perasaan inipun kian mengusik kehidupannya,
terkadang terasa duka dan kadang terasa suka. Disinilah awal dari Cinta
yang mendorong Cinta Illahi. Akhirnya Akhi memutuskan untuk menulis
sebuah surat kepada ukhti di penantian. Yth Ukhti,Engkau tahu bahwa
diriku bukanlah siapa-siapa, bahkan hari ini pun aku masih berfikir
baikkah diriku untukmu. UKhti, ana menyadari bahwa ana dah berazam
untuk menjemput ukhti suatu hari nanti. Ukhti, dengan segala kelemahan
diri ini, ana sampaikan bahwa azam ini akan berakhir ketika; 1. Engkau
menemukan ikhwan yang lebih baik daripada aku, lebih baik dari sikapku,
ucapanku dan lebih baik dari akhlakku karena aku menyadari bahwa dirku
bukanlah sesempurna yang engkau lihat. Diriku hanyalah seorang manusia
yang Allah tutupkan aibnya, namun kalau Allah bukakan tentang aibku
pasti engkau tahu bahwa aibku sungguh sangat banyak. Aku tidak punya
kelebihan apa2 untuk dibangggakan dan untuk diberikan kepadamu kecuali
Allah yang selalu menjadi pegangan dan harapan didalam hidupku.
Sementara
engkau adalah seorang akhwat yang solehah, ta’at, lembut ucapmu, bagus
akhlakmu dan cerdas, mempunyai banyak kemampuan dan keinginan yang
mulia, memiliki harapan yang diimpi-impikan yaitu mendamba seorang
suami yang soleh, yang manjadi nakhoda dalam menjalani kehidupan ini.
Namun diriku belum sesempurna yang engkau harapkan. Ukhti, maka jika
ukhti menemukan ikhwan yang lebih baik dari pada aku terutama lebih
baik dalam masalah pemahaman agama dariku, maka silahkan ukhti pilihlah
ikhwan tersebut agar ukhti bisa bahagia dunia akhirat. kebahagian
ukhti adalah kebahgaian aku, meski entah hati ini akan bisa menerima
atau tidak namun..........Insyaallah itu adalah yang terbaik buatmu,
yang akan menjadi ladang pahala menuju Keridhoan-Nya. 2. Ketika ada hal
yang aku lakukan bertentangan dengan Syari'ah Islam. Ukhtii, diriku
bukanlah seorang ustad (berilmu) dan mafhum (Faham) dalam masalah agama
dengan baik. Aku hanyalah seorang insan pembelajar yang sedang
memahami dan belajar mengenal islam,pemahamanku tentang islam masih
sangat terbatas,namun keinginan yang besar untuk tetap istiqomah dalam
meningkatkan kualitas diri dihadapan Robb-Nya.
Maka Sangat
besarlah kemungkinan kesalahan yang ada pada diriku baik kesalahan
ucap maupun prilakuku,maka apabila engkau temukan hal tersebut pada
diriku, maka ukhti silahkan sampaikan bahwa diriku tidak perlu lagi
menjemputmu. Meski demikian, dengan segala kelemahan diri dan
kekurangan yang ada pada diriku, aku masih berharap engkau tetap
istiqomah menanti diriku untuk menjemputmu. Meski sekarang ini kita
jarang saling berkomunikasi dan saling menyapa, namun dirimu tetap
dihati ini, yang terukir indah di sanubari, karena sebelum di
ijab-kabulkan syari;ah tetap menjadi batasan dari interkasi kita.
Berlindung kepada Allah atas segala kegundahan dan keraguan didalam
hati ini. Sejujurnya aku tidak tahu apakah engkau masih istiqomah
menungguku..?? namun keyakinan kepada Allahlah yang membuatku yakin
bahwa ia akan memberikan yang terbaik kepada hambaNya dalam setiap
segi-kehidupannya, yang tidak pernah mendzalimi hambaNya dan selalu
setia mendengarkan setip keluh-kesah hambaNya, meski hambaNya terkadang
memalingkan wajahNya dari petunjuk dan aturan dariMu. Ukhti, demikian
surat ini ditulis untuk menyerahkan semuanya kepada Illahi Robbi,
sebagai ketawakallan diriku untuk memohon yang terbaik dari sisiNya.
Aku
memohon ma’af kalau selama ini kita sering bertemu tapi tidak pernah
bertutur sapa itu tiada lain hanyalah untuk menjaga izzah (kemuliaan
)dirimu dan Iffah (Kehormatan) dirimu sebagai seorang muslimah yang
solehah, aku yakin bahwa engkau akan mendapatkan ikhwan yang terbaik
dari Allah apakah diriku ataupun Ikhwan Lain. Sekian lama azam ini
diucapkan namun,Allahlah yang lebih tahu tentang hati setiap manusia,
perasaanya di serahkan kembali kepada Allah karena Dialah yang
menitipkan perasaaan ini. Namun Akhi masih meyakini bahwa "Dirimu
adalah seorang akhwat terbaik dalam hidupku, namun aku belum tentu yang
terbaik untukmu". Apabila Ukhti sudah membaca surat ini dan masih
tetap istiqomah menungguku maka, "Nantikanku dibatas waktu". dan surat
itu pun sampai pada yang dituju. Kemudian, ukhti membaca surat itu,
lalu membalasnya...
Yth Akhi,dengan segala kerendahan hati
ukhti katakan,ukhti sudah paham apa yang antum ingin capai kelak pd
masanya. dan ukhti katakan, sungguh bahagia seseorang yang akan antum
jemput itu... silakan antum berazam,silakan antum tunggu hingga
saatnya...dan ukhti pun akan menunggu hingga saatnya... namun untuk
saat ini, ukhti mohon agar kita bisa saling menjaga hati. ukhti sadari
diri ini belum bisa menjaga hati dengan baik. Ukhti kutip sepenggal
surat itu, "Aku memohon ma’af kalau selama ini kita sering bertemu tapi
tidak pernah bertutur sapa itu tiada lain hanyalah untuk menjaga izzah
(kemuliaan )dirimu sebagai seorang muslimah yang solehah," dan sikap
tersebut adalah lebih baik menurut ukhti, ukhti mohon maaf jika ada
sikap yang mengecewakan antum. jika antum sudah mengerti maksud ukhti,
ukhti harap ini adalah komunikasi kita yang terakhir yang membahas
hubungan yang belum saatnya ini, hingga saatnya nanti, agar hati ini
bisa terjaga. atas dasar saling percaya, mudah-mudahan antum bisa
percaya bahwa ukhti akan tetap menunggu antum hingga saatnya.
Semoga
saat itu antum sudah siap dengan segalanya,begitu juga ukhti. Selamat
berjuang mencari Ridho Illahi Ditutupnya surat itu dan
dikirimkan,dengan harapan hati bisa terus terjaga, sikap pun bisa terus
terjaga...hati dan sikap ukhti dan akhi bisa terus terjaga...
semoga...dan ukhti itu berazam untuk tetap menunggu, hingga masanya...
Diantara kita tidak ada ikatan yang mengikat, karena sesungguhnya
ikatan yang mengikat menurut pandangan syari;ah hanyalah ikatan
pernikahan. sementara azam hanyalah suatu keinginan yang kuat dengan
berdasarkan syari’ah islam serta tetap memohon agar Allah memberikan
yang terbaik untuk kita,. Oleh karena itu tidak ada hak dan kewajiban
yang harus tertunaikan karena ukhti masih ghoir muhson (akhwat yang
bukan muhrim), maka tidak menutup kemungkinan kalo engkau menerima dan
memilih seorang ikhwan yang lebih baik dariku.
Barakallah
fikum ..semuanya dikembalikan kepada Allah karena Dialah yang Maha
Mengetahui yang terbaik buat Hamba-Nya dengan tetap berhusnudzan
kepada-Nya. "Boleh jadi kamu mencintai sesuatu padahal itu buruk buatmu
dan boleh jadi engkau membenci sesuatu padahal itu baik
buatmu"(Qs.Al-baqarah). Yakinlah atas keputusan dan kehendak dari Allah.
"Ya Robb, kami serahkan semuanya kepada-Mu, karena kami yakin engkau
akan memberikan yang terbaik buat kami karena Engkau tidak pernah
mendzalimi hambaMu sedikitpun".Aamiin Ya Robbal ’alamin. Ini adalah
kisah nyata,yang terukir dalam masa Penantian diri.Kenangan yg pernah
terjadi pada Admin Sebelum Engkau halal bagiku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar